Hai guys..apa kabar ?
Waah…lama nian daku vakum dari
existensi kepenulisan.
Daaaaaannn…. Akhirnya gue balik.
Setelah gue melalui perenungan panjang nan berliku bareng bang Iwan Januar,
kali ini gue bakal nulis tentang kebahagiaan. Gue bilang, tiga aturan aja buat
bahagia.
Tiga ? Cukup tiga ? Yakin, nggak kurang ?. Udah
deh nggak usah kepo,, kita liat aja..
Here they are…
Aturan pertama : NGGAK SEMUA
KESENANGAN ADALAH KEBAHAGIAAN
Oke, semua yang
kita sukai, yang bikin kita enjoy itu emang fun.
Asyik dan menyenangkan. Nggak heran kalo kemudian lo ada yang berani bilang “
GUE SELALU BAHAGIA, ENJOY SAMA KERJAAN GUE, DAN GUE PUAS”
Itu prinsip yang
bagus, tapi ibarat rumah itu baru tiangnya aja loh.. Dan tentu belum menjadi
rumah yang sempurna tanpa bagian yang lain. Kebahagiaan itu seperti berat badan
yang punya ukuran. Ah apa iya ? Iya, kenapa gue bilang gini itu karena supaya
kita tuh yakin kalo kebahagiaan kita itu nyata, ada, realistis, bukan semu,
absurd. Lo nggak mau kan ngerasa udah hepi tapi ternyata ending-nya so bad. Buruk
banget.
Sering kita tuh
udah ngerasa hepi awalnya, tapi ternyata berujung maut..eeh bukan dink
maksudnya berujung duka nestapa. Nah, misalnya tuuh gini, pas lagi merebaknya
trend K-POP, temen- temen gue terutama yang cewe itu pada kranjingan nonton
dramanya, bela- belain beli semua dvd drakor (drama korea)yang pemainya mas-
mas itu. Akhirnya, saking asyiknya menikmati kecantikan mas- mas korea itu
tugas kuliah jadi terbengkalai. Nilai jeblog, bahkan harus ngambil SP (Semester
Pendek). Yaah, ini bisa jadi contoh kalo sesuatu yang asyik dan nyenengin nggak
selalu berakhir bahagia.
Kalo cuma nilai
jeblog, terus ngambil SP itu mungkin belum seberapa, tapi gimana kalo yang di
dapat justru penyesalan sepanjang hayat?? Itu ngeri guys… Ini persis prilaku
orang- orang yang enjoy dengan perbuatan kriminal untuk akhirnya
sengsara-ending. Seperti kata pepatah : siapa yang tertawa paling akhir dialah
yang paling bahagia.
Bila
jawabanya “iya”, maka dunia ini akan chaos.
Kacau berat. Orang akan berbuat apa saja -walau
itu menyimpang dan merusak- untuk menyenangkan hatinya.
Sementara itu, ada
pekerjaan yang sulit dan melelahkan, namun patut kita sebut sebagai
kebahagiaan.Belajar untuk menghadapi ujian, waktu tersita buat ngumpulin materi,
waktu tersita buat baca, ngapalin rumus, catetan penting, dll. Semuanya mungkin
berat dan melelahkan, tapi pantes buat disebut kebahagiaan.
Aturan kedua : JANGAN BAHAGIA
DIATAS PENDERITAAN ORANG LAIN
Dulu, pas jaman-
jaman sekolah dan moment penerimaan siswa baru mesti disambut sukacita terutama
para senior-kakak kelas-. Kenapa ? Karena
ini adalah kesempatan buat mereka memplonco anak- anak baru yang mau tak mau –terpaksa banget- harus mengikuti aturan
main yang diterapkan oleh senior. Biasanya, para senior bakal nyuruh anak baru
buat ngelakuin hal- hal aneh, malu- maluin, dan kadang juga keterlaluan -dari
mulai keterlaluan nyebelin sampai keterlaluan sadis-. Jadi, semakin
menderita junior semakin bahagia senior. Mirisnya, di beberapa kampus moment
kayak gini justru sampai merenggut nyawa.
Hampir mirip dengan kejadian diatas, dunia pertelevisian kita sempat rame dengan acara “ngerjain orang”, bahkan hingga hari ini dibeberapa stasiun televisi acara macam ini masih dipertahankan, dan masih banyak pemirsanya. Di sini, korban dikerjain untuk sebagai bahan hiburan bagi pemirsa televisi. Dari mulai ditakut- takuti setan, dikotor- kotori, dituduh mencuri, sampai dicaci maki dengan alasan yang sudah disetting. Sepintas mungkin lucu, tapi inti acara- acara macam ini adalah TERTAWA DIATAS PENDERITAAN ORANG LAIN. Bayangkan, mereka bikin oranglain menderita agar kita ketawa. Beberapa acara seperti ini dipandang sebagai hal yang keterlaluan oleh pakar komunikasi. Mereka menilai acara seperti ini telah membuat sensitivitas orang Indonesia terhadap penderitaan oranglain menipis bahkan bisa saja hilang pada akhirnya nanti. Para penonton dihibur dengan penderitaan oranglain. Kalau sudah begini, hilanglah perasaan sayang, cinta kasih terhadap sesama.
Hampir mirip dengan kejadian diatas, dunia pertelevisian kita sempat rame dengan acara “ngerjain orang”, bahkan hingga hari ini dibeberapa stasiun televisi acara macam ini masih dipertahankan, dan masih banyak pemirsanya. Di sini, korban dikerjain untuk sebagai bahan hiburan bagi pemirsa televisi. Dari mulai ditakut- takuti setan, dikotor- kotori, dituduh mencuri, sampai dicaci maki dengan alasan yang sudah disetting. Sepintas mungkin lucu, tapi inti acara- acara macam ini adalah TERTAWA DIATAS PENDERITAAN ORANG LAIN. Bayangkan, mereka bikin oranglain menderita agar kita ketawa. Beberapa acara seperti ini dipandang sebagai hal yang keterlaluan oleh pakar komunikasi. Mereka menilai acara seperti ini telah membuat sensitivitas orang Indonesia terhadap penderitaan oranglain menipis bahkan bisa saja hilang pada akhirnya nanti. Para penonton dihibur dengan penderitaan oranglain. Kalau sudah begini, hilanglah perasaan sayang, cinta kasih terhadap sesama.
Ini juga terjadi
dijaman kekaisaran Romawi, yang sering mengadakan pertarungan antar gladiator-petarung-ataupun dengan hewan buas.
Biasanya para gladiator ini adalah budak yang dijanjikan kebebasan jika menang
dalam pertarungan. Selagi mereka bertarung mempertaruhkan nyawa, para petinggi
dan penonton justru brsorak lompat kegirangan …#eh
Dalam Islam juga ada
kisahnya. Suatu hari di sebuah majelis Rasulullah saw ada seseorang yang kentut,
spontan para sahabat tertawa. Namun, Rasulullah saw mengingatkan mereka, “Mengapa kalian tertawa karena kentut seseorang
diantara kalian ?? ”. Nah, apa pantas kita tertawa sementara oranglain
menanggung malu ?
Selain itu, yang
terbaru belakangan ini justru banyak acara- acara yang menyelipkan guyonan
dengan merendahkan oranglain, menyebutkan kekurangan pihak lain sebagai bahan
guyonan, menyebutkan perbedaan- perbedaan SARA, bahkan terkadang membawa-bawa
orangtua pihak lain untuk guyonan juga. Hal ini, sedikit banyak akan
mengikiskan rasa saling menghormati dan menghargai bangsa yang terkenal dengan
toleransinya ini.
Aturan ketiga : KEBAHAGIAAN ADALAH
RESULTAN USAHA PIKIRAN DAN PERBUATAN
Kebahagiaan itu bukan hujan yang tiba- tiba
aja turun dari langit, ataupun salju yang sekonyong- konyong jatuh dengan
indahnya dimusim dingin. Kebahagiaan adalah perjuangan, resultan usaha yang lo
lakuin. Dan itu, tentu saja kita sendiri yang memperjuangkan.
Misalnya
nih, kebahagiaan seorang korban kecelakaan pesawat yang berhasil diselamatkan
tim SAR (Search And Rescue). Itu
nggak lain dan nggak bukan setelah perjuangan si korban yang memperjuangkan
hidupnya dibantu tim SAR yang berusaha menolongnya.
Lagi, Muhammad Al- Fatih salah seorang pejuang Islam yang sukses
menaklukan benteng Konstantinopel pada tahun 1453 M sebelumnya harus melakukan
perjuangan berat menghadapi kekuatan Romawi yang tengah berkuasa kala itu
sampai akhirnya benteng tersebut bisa dikuasainya.
Buat lo semua, siapapun lo kalo lo ogah berpikir bahagia maka selama itu lo juga nggak bakal bahagia. Ini udah kebukti dalam dunia kedokteran loh guys. Salah satu terapi yang diberikan dokter agar pasienya lekas sembuh adalah dengan memberikan sugesti.
Mendorong
mereka untuk cepat sembuh. Itulah kenapa dikantong atau botol obat selalu
ditulis sugesti harapan dan motivasi “semoga lekas sembuh”.
So,
udah deh mikir yang baik- baik aja, yang positif. Buang tuh jauh- jauh pikiran
negatif lo. Inget quote ini deh :
You are what
you eat
You are what
you think
Naah,
jadi apa yang lo pikir tentang diri lo, itulah lo. Lo mikir lo baik maka
prilaku lo akan mengikuti. Dan ini berlaku sebaliknya juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar