Selasa, 15 April 2014

PERJALANAN





Perjalanan belum berakhir,jalan buntu bukan ujung dari perjalanan atau tempat sampainya tujuan. Jalan buntu adalah bagian dari perjalanan untuk cerdas mengambil keputusan, cerdas mencari jalan untuk sampai ditujuan. Dan terus berjalan disegala medan adalah bagian semangat seorang pejalan, bahkan nyawa dari perjalanan. Dalam kamus bahasa Indonesia perjalanan hanya selesai dijelaskan sebagai kata benda yang mendapat imbuhan dan kemudian berubah menjadi kata kerja. Tidak pernah mendefinisikan tentang detil dari segala bagian tentang perjalanan.

Jadi, nikmati saja “perjalanan”-mu itu, Bapak Lukman Hakim sudah bercerita tentang kisah perjalananya bersama anak dan keledainya, semoga menjadi bekal untuk “perjalanan”-mu. Cerita katak tuli sudah pernah didengungkan, bahwa kadang perlu untuk menjadi tuli saat suara- suara sumbang disekitarmu berubah menjadi senjata mematikan penghambat perjalanan mencapai tujuan. Abaikan saja.

Orang- orang tersayangmu sudah kau pamiti dan merelakan kakimu menjauh dari peluk hangat mereka. Maka kini kau adalah individu sejati yang menjadi bagian dari komunitas social masyarakat yang tidak membawa siapa orangtuamu, pangkat apa, atau apapun itu.

Disinilah akan kau temukan pendidikan yang luarbiasa. Pendidikan yang membuatmu pandai untuk hidup dengan semua teori,bahkan yang belum atau tak pernah kau temui dalam deretan kelas- kelas yang telah tamat kau jelajahi.

Salah satu dari sekian materi perjalanan adalah tentang dewasa. Sudah banyak digaungkan hal- hal tentang dewasa. Dewasa berpikir, bertindak, memilih, atau apapun dan perjalanan juga bagian dari semua kedewasaan itu, salah satu yang belum disebutkan adalah tentang kedewasaan social. Perjalanan mengasah empatimu, mengasah egomu, dan menginginkan tindakanmu. Bagaimana kau merelakan separuh rotimu kau berikan untuk pengemis tua. Bagaimana kau rela mengantri wc umum meski mungkin bapakmu adalah seorang menteri yang bisa saja kau koarkan demi mendapat urutan pertama.

Kau akan diperlihatkan bagaimana hidup adalah sebuah perjalanan yang terus berputar . seleksi alam menjadi hokum yang pasti. Mereka yang kuat akan bertahan, mereka yang merajai akan berkuasa. Tapi, tak lupa bahwa kausalitas juga bagian yang tak mampu dielakkan. Sebab- akibat,siapa yang menanam dia yang memanen pula. Terus berputar, sampai waktu yang entah kapan itu menjadi rahasia Tuhan, menjadi hak prerogatif Tuhan.

Tapi pada akhirnya nanti, ada waktu dimana salah satu dari sekian “perjalan”-mu harus terhenti. Entah oleh apapun, tapi kakimu harus berhenti melangkah, matamu berhenti atau bahkan berkurang melihat salam matahari pagi dan petang. Tubuhmu tak mampu lagi. Waktumu habis.



Perjalanan ini
Trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk
Disampingku kawan

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Perjalanan ini pun
Seperti jadi saksi
Gembala kecil
Menangis sedih ...

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika di kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut
Kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak
Kepada matahari

Tetapi semua diam
Tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri
Terpaku menatap langit

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar