Hai
semua apa kabar hari ini ?
Sudah
makan ?
Mandi
juga udah kan ?
Oke,
gue percaya lo semua baik2 aja,udah makan, dan udah wangi bunga melati #loh
Nah,setelah
makan dan uda wangi melati sekarang duduk yang manis yaah, pantengin blog gue.
Lo
pada uda nonton transformers ? G.I.JOE ? Spiderman 4? Iron Man ? Shrek ? Tintin
? Star Trek ?
Gue
yakin seyakin yakinya mesti pada jawab “udah…”.
Oke,
bagus jadi kalian udah tahu ceritanya, keren kan ? Apalagi sama efek visualnya,
wuiiih…gile bener !!! Standing applause deeh buat film- film itu.
Dari
semua film- film yang gue sebut diatas, semuanya dari PH (Production House)
Amerika. Eh, tapi jangan salah, tukang- tukang animasi atau animator film itu nggak semuanya orang
Amerika loh.Ada juga orang Indonesia yang ambil bagian disitu. Apa ? Nggak
percaya ? Oke deh, simak coretan gue berikut ini tentang beberapa saudara
setanah air kita yang jadi animator film-film keren itu.
Here
They are :
Griselda Sastrawinata
Lo tahu film animasi
Shrek? Ya, film produksi dari Hollywood ini melibatkan Griselda Sastrawinata,
seorang animator asal Indonesia yang tinggal di California, Amerika. Ia
berhasil membuat Karakter yang lucu lucu dalam kisah kehidupan si Ogre itu.
Ia bekerja untuk
studio animasi terkenal Dreamwork. Perusahaan film animasi inilah yang sudah
memproduksi berbagai film terkenal seperti Kungfu Panda, Madagascar, Monster
Aliens, serta banyak yang terkenal lainnya.
Memutuskan pindah ke
AS sejak dari Bangku kelas 2 SMA dan menamatkan SMA di sana, lalu ia
melanjutkan ke Art Center College of Design di Pasadena, AS.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda juga mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya.
Selain bekerja di Dreamwork, Griselda juga mengajar ilmu komunikasi visual di kampus almamaternya.
Christiawan Lie
Desainer animator
dari seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang magang di Perusahaan Komik
Devil’s Due Publishing, Chicago, Amerika. Lebih dikenal dengan sapaan Chris
Lie. Sekarang, Chris Lie terlibat dalam pembuatan animasi di beberapa film
produksi Hollywood.
Sebut saja
Transformers 3, GI Joe, hingga yang terbaru Spiderman 4. Bahkan,saat ini dia
juga tengah merampungkan beberapa proyek gim, seperti Starwars dan Lord of the
Rings.
Karyanya, Return to
Labyrinth, diproduksi Tokyopop Los Angeles, kini menduduki peringkat keempat
komik terlaris di Amerika setelah Naruto. Bahkan, dari sepuluh besar komik
terlaris, Return to Labyrinth satu-satunya komik yang bukan terjemahan dari
komik Jepang. “Itu asli karya saya,” ujarnya.
Menamatkan SMA di
Solo, Christiawan Lie melanjutkan kuliah di Jurusan Arsitektur Institut
Teknologi Bandung. Lulus kuliah pada 1997 dengan predikat cum laude, Chris Lie
pun magang bekerja pada Nyoman Nuarta, pematung terkenal di Bandung. Ia pun
ikut mengerjakan Monumen Garuda Wisnu Kencana, yang menjadi ikon pariwisata
Bali dan Indonesia. Tapi dia lebih enjoy membuat komik, hingga dia banting
setir menjadi Komikus.
Sempat memang di
Jakarta International Art Festival pada 2001. Dapat Hadiah berupa tiket
penerbangan ke Singapura, hingga memunculkan niat Chris bekerja di negeri
seberang. Beruntung di sana Chris mendapat hadiah Exhibition Designer dalam Parade
Nasional Singapura. Dua tahun bekerja di Singapura, ia memenangi tiga kompetisi
gambar dan ilustrasi.
Kemudian Chris
mendapat beasiswa full bright untuk kuliah di jurusan sequential art (komik) di
Savannah College of Art and Design, Amerika Serikat. Di Negeri Abang Sam, ia
sempat magang kerja di perusahaan komik Devil’s Due Publishing, Chicago. Walau
tiap hari kerjaannya cuma memindai gambar serta menstempel dan mengirim surat,
Chris tetap tabah. “Yang penting saya bisa lihat gambar bagus-bagus,” katanya.
Keberuntungan Chris
Lie datang juga ketika Devil’s Due mendapat proyek GI Joe dari Hasbro,
perusahaan raksasa mainan anak-anak di Amerika Serikat. Chris diminta ikut
menggambar sosok GI Joe yang lebih muda dan trendi. Ia pun menciptakan sosok GI
Joe bertubuh besar tapi dengan bagian kaki mengecil, dan ternyata itulah yang
dipilih Hasbro.
Sejak itu ia
dipercaya menggarap proyek-proyek Devil’s Due sembari menyelesaikan kuliahnya
di Savannah–karena proyek Devil’s Due bisa dikerjakan di mana saja.
Rampung kuliah dengan
menyabet excelsus laureate– predikat lulusan terbaik universitas untuk jenjang
master–Chris Lie pulang ke Tanah Air. Lalu ia mendirikan Caravan Studio di
Tanjung Duren, Jakarta Barat. Dengan mempekerjakan enam komikus dari beberapa
daerah, Caravan telah menciptakan puluhan komik. Dari tangannya sendiri
tercipta beberapa komik, di antaranya GI Joe, Transformers, dan Dungeons and
Dragons Eberron.
Setiap karya Chris
Lie dihargai paling murah US$ 60 per halaman. Jika penggarapannya rumit,
harganya bisa naik. Caravan telah mampu mengerjakan pencil, inking, dan
colouring. Saat ini 95 persen permintaan yang masuk ke Caravan berasal dari
Amerika, sisanya dari dalam negeri.
Di Indonesia, menurut
Chris Lie, perkembangan komik kurang maju. Kekurangan komik Indonesia, kata dia,
terletak pada penulisan cerita. Padahal kekuatan komik ada pada gambar dan
penulisan cerita. “Kalau gambar, orang Indonesia jago-jago,” ujarnya.
Dengan menekuni
komik, Chris Lie telah membuktikan bisa hidup layak, tidak seperti dulu ketika
di Bandung. Ia pun berharap komikus dapat hidup sejahtera tanpa harus nyambi di
luar membuat komik. Ia juga menyarankan komikus pemula tak malu mempublikasikan
karyanya. “Tampilkan saja di situs dunia maya,” ujarnya.
Andre
Surya
Nama Andre muncul di
kredit film Iron Man, Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of
the Fallen, dan Iron Man 2, sebagai digital artist. Dia juga terlibat dalam
pengerjaan film Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull, Surrogates,
juga Transformers: Revenge of the Fallen.
Pria kelahiran
Jakarta, 1 Oktober 1984 ini adalah satu satunya digital artist asal Indonesia
di divisi Industrial Light and Magic (ILM) Lucas Film Singapore. Lucas Film
sendiri adalah salah satu production company tersukses di dunia, yang didirikan
tahun 1971 oleh George Lucas, sutradara Star Wars.
Sejak kecil ia sudah
tertarik pada visualisasi tiga dimensi. Selepas SMA, lajang berusia 26 tahun
itu mengambil studi di Jurusan Desain Komunikasi Visual Univeritas
Tarumanagara, Jakarta. Sempat bekerja di Polaris 3 D, sebuah perusahaan
advertising and architectural visualization di Jakarta, ia kemudian terbang ke
Kanada mengambil diploma di Film and Special Effects di Vanarts, sebuah sekolah
film di Vancouver.
Tapi, sebagian besar
pengetahuan dan keterampilan 3D justru ia pelajari tanpa training dan sekolah
formal. Ia menekuni Computer Graphic sejak kelas 1 SMA. Saya suka banget
mengerjakan 3D dan saya juga dari dulu memang ingin bekerja di industri film.
Andre sempat beberapa
kali mengantongi penghargaan lokal dan internasional. Gambarnya yang berjudul
Somewhere in the Sky pernah ditampilkan di CGOVERDRIVE, konferensi Computer
Graphic terbesar di Asia. Gambar itu juga memenangkan Excellence Award di buku
Elemental 2 terbitan Ballistic Publishing dan Best Artwork Awards di Indocg
Showoff Book, sebuah buku kumpulan CG art Indonesia.
Karya lainnya, City
of Enhasa, juga meraih juara satu di Future World Contest di www.3dkingdom.org Iron Man adalah film
pertama yang ia kerjakan. Setelah itu, ia terlibat dalam penggarapan sejumlah
judul film seperti Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of
the Fallen, dan Iron Man 2.. Ia juga ikut menggarap Indiana Jones and the
Kingdom of the Crystal Skull, Surrogates, dan Transformers: Revenge of the
Fallen.
Marsha Chikita Fawzi
Ingat Upin-Ipin? Marsha Chikita Fawzi yang akrab dipanggil Kiki ini punya kiprah di dalamnya. Sebagai putri bungsu pasangan Ikang Fawzi - Marissa Haque, awalnya ingin kuliah seni murni di ITB tetapi ditentang orang tua, sehingga beralih memilih Multimedia University di Malaysia. Sekarang Kiki kembali ke Indonesia membuat perusahaan animasi. Ia berharap Indonesia akan punya intelectual property (IP) yang sangat bercita rasa tanah air. Layaknya Upin-Ipin merupakan IP Malaysia karya Las' Copaque Production.
Rini Triyani Sugianto
Sejak kecil jadi penggemar komik Tintin hingga berlanjut ketika lulus dari Academy of art University, San Fransisco, ia dipercaya ikut terlibat dalam pembuatan The Adventure of Tintin: Secret of The Unicorn. Dia juga mengerjakan film animasi lain seperti The Avenger. Berkat kepiawaiannya, ia ditarik oleh Weta Digital, rumah produksi yang menggarap film Tintin. Perusahaan ini juga yang menggarap animasi film semacam Avatar, King Kong, Lords of The Ring, dan X-Men: First Class. Saat ini, Rini sedang fokus dengan animasi pada film yang akan segera dirilis, The Hobbit.
Tuuh… keren kan saudara-saudara kita? Emang nyata kalo orang Indonesia itu sebenernya hebat. Lo gimana ? Oh tentu gue percaya lo semua, bahkan kita semua itu hebat yang tentunya dalam bidangnya masing- masing.
Terakhir harapan gue semoga pemerintah kita bisa ngedukung perfilm-an animasi Indonesia sehingga bibit unggul kayak mereka nggak perlu jauh-jauh keluar negeri untuk sekedar memuaskan talenta luar biasanya. Selain itu negara kita ini jadi bisa membuktikan karya animasinya.Aaamin.
Oke guys,mereka bisa banggain Indonesia, kita juga harus bisa… yang penting jangan mudah menyerah. #eh
Sumber : google.com
Sejak kecil jadi penggemar komik Tintin hingga berlanjut ketika lulus dari Academy of art University, San Fransisco, ia dipercaya ikut terlibat dalam pembuatan The Adventure of Tintin: Secret of The Unicorn. Dia juga mengerjakan film animasi lain seperti The Avenger. Berkat kepiawaiannya, ia ditarik oleh Weta Digital, rumah produksi yang menggarap film Tintin. Perusahaan ini juga yang menggarap animasi film semacam Avatar, King Kong, Lords of The Ring, dan X-Men: First Class. Saat ini, Rini sedang fokus dengan animasi pada film yang akan segera dirilis, The Hobbit.
Tuuh… keren kan saudara-saudara kita? Emang nyata kalo orang Indonesia itu sebenernya hebat. Lo gimana ? Oh tentu gue percaya lo semua, bahkan kita semua itu hebat yang tentunya dalam bidangnya masing- masing.
Terakhir harapan gue semoga pemerintah kita bisa ngedukung perfilm-an animasi Indonesia sehingga bibit unggul kayak mereka nggak perlu jauh-jauh keluar negeri untuk sekedar memuaskan talenta luar biasanya. Selain itu negara kita ini jadi bisa membuktikan karya animasinya.Aaamin.
Oke guys,mereka bisa banggain Indonesia, kita juga harus bisa… yang penting jangan mudah menyerah. #eh
Sumber : google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar