Selasa, 27 Desember 2016

Sebuah Komedi Sejarah bersama Kerapu Merah

Pertengahan tahun ini, perfilm-an kita diramein sama salah satu film keluarga yang diangkat dari novel dengan judul yang sama, Sabtu Bersama Bapak. Ditulis oleh bang Aditya Mulya. Tapi saya nggak akan ngomongin tentang film atau buku itu, udah jadi materi blog tetangga sebelah.

Yang mau saya omongin masih tentang karya bang Aditya Mulya. Ini karya terbarunya, novel teranyar yang....eheemmm (batuk belagu), sudah saya miliki dengan edisi tanda tangan dari beliau. Meski saya harus puasa jajan, alhamdulillah terbayar dengan dapet novel kece badai itu. Yess!!.


Judulnya Bajak Laut dan Purnama Terakhir (sebuah komedi sejarah). Alasan saya ngeblog dengan materi review buku ini adalah karena in my opinion buku ini anti mainstream. Kenapa?, menurut saya dibanyak buku komedi yang udah-udah, cerita komedi lebih banyak disajikan dalam cerita percintaan. Nah, buku ini menyajikan sejarah dengan unsur komedi. Yaa..walaupun cecintaan ngga 
ketinggalan tapi most cerita sejarah lebih punya part gede disini.
Kamu ngga cuma diajak haha-hihi aja tapi juga belajar sejarah. Sebagai mantan pecinta pelajaran sejarah, buku ini ngasih tahu saya banyak hal yang tersembunyi dari sejarah yang beredar.
Kayaknya kamu udah kebelet untuk tahu gimana ceritanya. Oke, sambutan saya cukup. Kita masuk materi.

Kita mulai dari pemeran. Saya kelompokkan menjadi 3. Eh, kok pake dikelompokkan sih jeng ?. iya, karena dalam novel ini memang ada cerita dari 3 kelompok yang pada awalnya saya pikir tak ada hubunganya, eh tapi ternyata cerita dari 3 kelompok ini adalah cerita yang berkaitan.
1.    Bajak Laut. Kelompok bajak laut ini terdiri dari 4 orang. Jaka si pemimpin yang selalu merasa ganteng dan percaya adanya Dewa Ganteng yang mengikutinya, Lintong,Surendro, Abbas, dan Aceng sebagai awak.
2.      Kompeni. Kelompok ini adalah pasukan VOC yang sedang menjajah Indonesia.
3.      Arya. Kelompok ini adalah para pendekar sakti yang punya kemampuan beladiri dan tenaga dalam sebagai senjatanya. Diwakilkan oleh Rusa Arang, Bara Angkasa, dan Galuh Puspa.

Kisahnya bermula dari kelompok bajak laut bernama Kerapu Merah. Sang kapten, Jaka selalu punya mimpi untuk menjadi bajak laut yang disegani. Namun, kenyataanya dia bersama keempat awaknya  selalu gagal.

Dilain pihak, penjajah VOC dengan kaptenya Speelman yang tengah berambisi  untuk mendapatkan harta –yang didapat dari bisnis rempah, dan harta peninggalan kerajaan- kerajaan yang ditemuinya saat merantau. Begitu juga yang tengah dilakukanya saat di Indonesia. Dia menemukan jurnal peninggalan kerajaan yang sedang dialih bahasakan oleh kawan meneer-nya Albert. Jurnal tersebut berisi tentang bagaimana Majapahit menjadi kerajaan yang tak tertandingi pada masa itu.

Namun, ditengah proses alih bahasa, meneer Albert terbunuh oleh perampok yang tak lain dan tak bukan dilakukan oleh bajak laut kita Kerapu Merah. Akhirnya Kerapu Merah menjadi buron oleh VOC.

Para Arya yang dipimpin oleh Rusa Arang mencari 10 pusaka yang harus dikembalikan. Pusaka-pusaka itulah yang digunakan oleh Raden Wijaya (raja Majapahit) sebagai jimat memperoleh kekuasaan. Pusaka itu diambil dari kuku-kuku seorang perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah jelmaan seekor naga. Pada purnama ke 4200 mereka harus mengumpulkan kesepuluh pusaka yang tersebar di penjuru nusantara.

Ketika Kerapu Merah membunuh meneer Albert, mereka juga menjarah beberapa barang yang ada. Salah satu barang itu adalah keris yang merupakan pusaka ke-10 yang sedang para Arya cari. Akhirnya Kerapu Merah tak hanya diburu oleh kompeni saja tapi juga para Arya.

Pencarian Kerapu Merah akhirnya ditemukan terlebih dulu oleh para Arya. Para Arya mencoba melindungi Kerapu Merah dari kejaran kompeni dengan syarat mereka mau memberikan keris (pusaka) itu kepada para Arya. Para Arya pun menjelaskan tentang asal mula keris itu, mereka kemudian sepakat. Kerapu Merah mendapat perlindungan dan para Arya mendapat pusaka itu.
Rusa Arang yang menaruh hati pada Galuh, pada akhirnya tewas demi melindungi Kerapu Merah, Bara dan Galuh. Ditengah perjalanan dikepung oleh VOC, Jaka yang biasanya melakukan hal-hal bodoh, kala itu membuat strategi yang membuat VOC terkalahkan. Tak dinyana ternyata Jaka juga adalah keturunan Arya yaitu Ki Jalak Harupat. Terus siapa sebenarnya Dewa Ganteng yang Jaka maksud ?, apakah mereka bisa menyelesaikan tugas hingga purnama ke-4200?

Bacalah!!bukunya.

Endingnya, Jaka menyatakan perasaanya pada Galuh, namun cinta Galuh hanya tersedia satu untuk Rusa Arang. Setelah selesai semua, mereka kembali ke kehidupan normal. Jaka menjadi pelaut yang tersohor. Galuh memilih untuk hidup sendiri disebuah rumah dipinggir hutan Surabaya, yang dekat dengan bandar. Jaka sering menyandarkan kapal disitu dan setiap kali bersandar dia menemui Galuh untuk menyatakan perasaanya, entah sudah yang keberapa kali.

Dan selalu ditolak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar