Sabtu, 29 Oktober 2016

Biru

Bila ia datang seketika,
Pada waktu-waktu yang beku dingin.
Ketika sangka mematahkan harap dan segalanya menjadi biasa.

Pada sapa yang tak tersentuh.
Kita duduk untuk saling mencoba kembali menghangati waktu, mengusap rindu yang berdebu, membuka file-file usang, dan menghidupi harap.

Namun, menghangati tak pernah diijinkan seketika begitu saja.
Dingin setia pada peraduanya.
Dingin tak pernah pergi pada menyerah dilangkah pertama.

Biru kembali menjadi dingin.
Biru kembali menjadi doa.
Biru kembali menjadi langit.
Biru dan semua beku.
Beku dan semua rasa adalah milik waktu yang selalu ku kembalikan pada~Nya.

Biru memiliki semestanya, dan aku tidak pernah disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar