Cerita ini tentang teman masa kecil saya. Sebut saja dia Ayu. Kita berteman sejak kelas 1 SD. Sosok gadis mungil, mirip Chelsea Islan kayaknya. Pas SD saya punya geng empat orang dan dia salah satu dalam geng saya. Iya, saya ketua geng-nya.
Selama menggeluti dunia pernaksiran anak SD,dia adalah primadonanya. Banyak yang naksir karena imutnya dia. Selain imut dia juga berasal dari keluarga kaya.
Saudara saya, panggil saja Rudi adalah yang akhirnya mampu menaklukan Ayu,berkat bantuan saya sebagai ketua geng,hahaha...
Waktu itu kami kelas 4 SD. Namun dikelas 5, mereka putus karena Rudi ternyata playboy (anak SD jaman 90'an aja udah playboy.Apalagi 2016,apaaaa yaaa...).
Begitulah. Menginjak kelas 6 dan menjelang kelulusan, tersiar kabar kalau Ayu telah kembali merajut rasa dengan seorang kakak kelas beda tiga tahun denganya yang juga tetangganya. Alfan.
Setelah kami lulus kami berempat melanjutkan disekolah yang berbeda. Sibuk dengan dunia baru,teman baru.
Saat itu gadget belum seramai sekarang. Kami saling berkunjung sesekali kalau ingin bertemu dan berkabar-kabar.
Sampai suatu hari, kabar duka itu terdengar. Ya, ini tentang Ayu. Bukan, dia bukan minum kopi yang dicampur pipis ikan. Dia baik-baik saja secara fisik. Kabarnya adalah....
Ayu hamil.
Jeeengg jeeeenggg...
Kelas 1 SMP. Masih dengan Alfan.
Saya tercengang.
Sedih. Kaget. Rasanya ingin mendatangi Ayu dan bilang "kenapa kamu melakukan hal bodoh semacam ini ??", dan menamparnya. Tapi itu hanya dalam angan, nyatanya saya hanya diam dan sedih dengan nasib teman saya itu.
Belum berhenti sampai disitu. Ayu diusir dari rumah kakek dan neneknya(Ayu tidak tinggal bersama orangtuanya. Karena kedua orangtuanya sibuk bekerja dijakarta. Sejak kecil Ayu tinggal bersama kakek dan neneknya),Alfan pun demikian diusir dari rumah orangtuanya.
Seorang tetangga yang berbaik hati bersedia menampung mereka dirumahnya, selama beberapa waktu. Tentu saja, pada waktunya nanti mereka harus beranjak dan siap untuk hidup tanpa merepotkan oranglain.
Kian hari perut Ayu kian buncit saja. Namun, tak terdengar kabar bahwa mereka menikah.
Hari itu tiba, hari dimana Ayu dan Alfan harus pergi untuk memulai hidup baru berdua. Mereka membangun sebuah gubuk kecil dipinggir jalan dan membuka jasa cuci motor. Beberapa kali lewat saya melihat keduanya tengah saling membantu mencuci motor dengan perut Ayu yang buncit.
Hari-hari berlalu. Hari kelahiran itu tiba. Cukup dengan jasa seorang dukun beranak yang tersohor di desa, seorang bayi laki-laki lahir dari seorang gadis belasan tahun. Alhamdulillah keduanya sehat, ibu dan anak.
Maka teman imut saya telah menjadi seorang ibu saat yang seusianya asyik dengan dunia remaja belasan tahunya. Menyesalkah Ayu kemudian ?. Entahlah, rasanya penyesalan itu sudah tidak penting ketika tanggung jawab masa depan (terutama anaknya) sudah diemban dan dipilih.
Tahun-tahun berlalu, Ramadhan ini anak laki-laki itu tengah duduk dideretan bangku kelas pesantren Ramadhan. Saya melihat wajah Ayu diwajahnya, mata Alfan dimatanya. Tampan.
Dan gadis imut teman masa kecilku telah menjadi wanita dewasa. Badanya lebih besar dariku sekarang. Kakek dan neneknya akhirnya memaafkan mereka, meski bukan berarti mereka bisa tinggal disitu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar