Selasa, 19 Januari 2016

ADIDA

Adida, panggil saja Adi, 21tahun. Seorang laki-laki temanku, sahabatku yang sudah 3 tahun tak lagi menghubungi ku karena sibuknya. Hingga 3 tahun berlalu zamanpun berganti, dulu zaman sms dan sekarang zaman bbm. Iya, sore itu bbm-nya masuk, menyapa ku menghangati lagi waktu-waktu yang beku kaku.

Menanyakan kabar dan basa-basi lainnya pembuka obrolan. Kabar percintaan adalah topik umum yang diangkat dalam obrolan teman yang lama tak jumpa. Kami saling berkisah sedikit, ah lucu sekali lama tak bersua sekalinya bersua ria berada pada nasib buruk yang sama pada satu kabar.

Kisah cintanya telah kandas oleh pengkhianatan.

Kisahnya bermula ketika setahun Adi berpisah dengan Nina teman kelasnya karena kesibukan yang tak bisa diduakan. Perpisahan yang disepakati dengan berat. Setelah berpisah Adi lebih memilih untuk diam. Ya, diam adalah bahasa yang sulit untuk dipahami, orang terpaksa menerjemahkan maksudnya dengan perspektif pribadi tak terkecuali Nina. “Mungkin Adi tak ingin mengenalnya”, pikir Nina. Dia beranjak, memulai hati dengan yang lain.

Adi kaget mengetahui keadaan Nina yang baru. Baginya terlalu cepat untuk memulai lagi, perasaanya bahkan belum selesai dengan Nina. Tuhan selalu punya cara, Adi bertemu Zizi untuk melampiaskan perasaanya. “Nina bisa maka aku bisa”, pikirnya.

Secara fisik Zizi gadis yang cantik, lebih cantik dari Nina dan lebih menarik. Adi seorang pembelajar yang baik, maka bersama Zizi Adi telah belajar dari kebersamaanya bersama Nina untuk bisa lebih baik pada hubungan ini.

Zizi gadis yang tidak terlalu luas pergaulanya, dan bersama Adi yang aktivis kampus pergaulanya meluas.

Suatu hari Adi harus “dinas” keluar kota dalam tempo yang lama. Dalam hal ini tentu saja kepercayaan dan komunikasi adalah hal yang penting untuk menikmati jarak. Adi jelas berharap pengertian seluas-luasnya dari Zizi tentang keadaan ini.

Namun tak dinyana Supri mendekati Zizi, dan Adi tak tau banyak tentang ini. Mengetahui Adi sedang berjarak dari Zizi maka Supri membombardir pendekatan dengan Zizi. Apalah daya Zizi hanyalah gadis yang ingin kencan tapi pacar jauh, ingin selfi mesra tapi pacar hilang dipandangan. Dalam keadaan itu, Zizi melihat Supri sebagai cahaya yang menerangi gelapnya keinginan dan air yang menghilangkan dahaga.

Namun keputusan Zizi adalah keputusan yang salah. Mengiyakan Supri artinya mempersilahkan Supri masuk kehatinya yang tengah rindu dengan Adi. Hati yang rindu itu rawan loh ya…catet !!.
Benar saja, Supri semakin getol dan gatel mendekati Zizi.

Suatu pagi Zizi mengirim sms pada Adi.

"Beb, aku boleh ngga pergi jalan-jalan sama Supri.. ??
Aku bete nih dirumah terus
"

Ya,Adi apa mau dikata toh cuma jalan-jalan.
"Ya,hati-hati…"

Hati-hati dengan hati gitu Zi maksudnya, tapi Zizi terlalu buta untuk ini.

Dari Zizi lah Adi mengetahui siapa dan seperti apa Si Supri ini. Kata pepatah ‘Orang keren kalah sama orang yang selalu ada’, ini akhirnya berlaku pada hubungan Adi dan Zizi. Adi keren, tapi yang selalu ada buat Zizi pada kondisi hati yang rawan adalah Supri. Akhirnya Supri melancarkan bom terakhir dihati Zizi yang 90% wilayahnya telah dikuasainya. Supri nembak Aku. Loh, bukan…bukan…Supri nembak Adi. Eh apalagi, bukaaan dong. Supri nembak Zizi.

Hari itu, Adi telah bersemayam ditempatnya kembali dari “dinas”luar kotanya. 
"Beb, Supri nembak aku ??"
"yaudah terserah mau pilih aku atau dia…"

Selang beberapa waktu, Zizi kembali memberikan kabar yang menggemparkan.
“Beb, aku milih Supri”
“iya, dia lebih mapan, lebih segalanya. Syukurlah…”
(kalimat syukur Adi yang diketahui setelah mengucapkanya, dia mimisan.)

Hari berganti, minggu-minggu datang dan pergi oh begitu saja semua ku terima apa adanya….jreeng duuung deeess.

Remuk redam perasaan Adi, memilih bukan berarti dipilih. Zizi yang berdarah-darah diperjuangkan justru memperjuangkan oranglain. Ah…nelangsa.

Berminggu-minggu, berbulan-bulan Adi terluka, atau sangat terluka. Emosi buruk memenuhi jiwanya, fisiknya tampak lusuh, wajahnya suram tanpa sinar, dia kacau, dia berantakan.
Salah seorang teman ku sebut saja Lingling bertanya, “Adi sekarang berantakan banget yah kenapa??,”

Aku jelas tidak tahu, ku jawab sekenanya “mungkin dia ingin coba style baru, harajuku Ling”
“itu sih bukan harajuku, itu harahuru style Nay…mmbfds mmda nbbvdderyui mmnbvfdd gfsrwq olhgtyb evxzabnh”
, cerita  Lingling.

Fokus Lingling berubah dari ngomongin Adi menjadi ngomongin harajuku.

Balik ke Adi.Adi begitu depresif menghadapi kehilanganya, tentu saja itu bukti bahwa apa yang pernah dimilikinya begitu berarti. Bahwa dia benar-benar pada Zizi meski dia tahu bahwa pilihan lain ada. Dia berusaha dengan baik menjaga apa yang dimilikinya.

Selang beberapa waktu tersiar kabar bahwa Zizi akhirnya menikah dengan Supri. Teman-teman kampus kaget yang mereka tau Adilah yang bersama Zizi tapi justru Supri yang menikahi.

Hmmmh…

Kemarin aku baru saja bertemu Adi, setiap melihat sorot matanya aku tau dia telah banyak melalui masa-masa sulit. Bukan hanya tentang Zizi tapi juga tentang bagian hidupnya yang lain. Zizi tidak lagi indah baginya, tidak mempesona, tidak menarik. Tapi dari Zizi aku percaya Adi belajar banyak, dia meraup bekal untuk melihat, berjalan, dan berpikir pada kisah-kisah perjalanan hidup selanjutnya.

Selamat menempuh kisah baru, selamatlah sampai tujuan sahabatku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar