Selasa, 31 Desember 2013

coretanku


Bagaimana rasanya ketika pagi hari disambut dengan perasaan rindu ?

Datang secara ajaib saat kamu mengerjakan tugas bertumpuk,diperpustakaan ditengah hiruk pikuk kesibukan orang lain.Ditengah hujan yang menderu,dan tiba-tiba tanganmu berhenti menulis saat bayangan seseorang datang  dipikiranmu.Detak jantungmu “DEG..” dan itu mungkin sangat keras meski hanya sekali.

Imbasnya kamu akan meletakan kacamatamu,melihat hujan diluar jendela.Menghela nafas berat.Tak ada yang lebih baik selain bicara,berkata “aku rindu”.Untuk beberapa saat hatimu focus pada perasaan ini,mengirim sinyal ke otak untuk melakukan sesuatu,dan jawaban yang ada adalah menghubungi seseorang di ponselmu.

Mungkin kamu menginginkan lebih dari sekedar berjumpa bias kata,bias suara,tapi “diluar hujan” dan kamu tahu bahwa tembok-tembok itu menbatasi.Tak mengapa,untuk beberapa saat setidaknya rindumu menjadi dewasa.Belajar puas dengan bias-bias.Menjadi bijak untuk menjaga rindu….Menjaganya tanpa mengubahnya menjadi berkurang,bertambah,atau berubah dari warna aslinya.Tetap rindu yang apa adanya saja.

Baiklah,pada akhirnya kamu harus kembali pada tumpukan tugas,pada deadline yang memburu.Menepikan rindu.Mengucapkan terimakasih.

Senin, 09 Desember 2013

# LiLin



Hanya sebuah lilin…
Yang berjuang  menerangi  dengan nyala kecil nan rapuh
Membantumu memperlihatkan kata
Kala lampu lelah terjaga
Hanya sebuah lilin…
Yang berniat tulus menemani dalam gelap
Memeluk kesunyian dalam remangnya
Meski ia tahu usianya sejengkal
Hanya sebuah lilin…
Yang tak peduli membakar dirinya
Sekedar untuk sebutir cahaya untuk sebuah tawa
Hanya sebuah lilin…
Berharap tanganMu menghalangi hembusan badai
Agar nyalanya terjaga hingga nanti
Berharap sesaatnya menerangi memberikan makna dalam tentang pengorbanan

Sabtu, 07 Desember 2013

#HENING DOA



Ku rajut doa dari benang-benang kasih yang sederhana,jiwaku
Yang rupanya terhapus dari penutup lahirnya
Yang pendar-pendar meledek,menikam hening mimpimu dan
Yang terang menjaga hembus kehidupanmu untuk bernyanyi
Suara protes atas kesusahan yang menampar
Ku pintal doa dari setiap keping harapan
Sepanjang gelap dan terang,tak ada sekat
Tapi mataku terlelap dalam dzikir dan pikir
Menyalakan lampu-lampu temaram pengantar tidurmu 

Senin, 02 Desember 2013

coretanku


Tentang Desember dan Rindu
Ooh.. bikin judul sendiri tapi nggak tahu mau nulis apa.
Oke…(benerin jilbab,tarik nafas).Tentang desember yang identik dengan hujan,tentu nafas alam yang lebih terasa dingin.Sering malam-malam begitu riuh dengan nada-nada rintiknya yang jatuh tepat tanpa berbelok.
Sering pula siang berlalu tanpa sang gagah mentari,tanpa sengatnya justru berromantika dengan dinginya udara.Menggosok-gosok tangan,meniupnya agar terpendar kehangatan dalam raga atau sok akrab dengan guling mencari kenikmatan dalam dingin.
Dan desember berjalan menurut hitunganya,1..2..3..4..terus,dan aku adalah salah satu aktris yang berperan dalam cerita desember.Desember ini,mengantarkan rindu pada kehangatan diammu yang kini hanya tersisa diam yang nyata.Ku nikmati dalam diam dan terjadi intimisasi yang semakin dalam.
Aku menari bersama rindu dengan nyanyian hujan bulan desember pada malam-malam ini.saat itu aku terlihat setia karena rindu itu juga terlihat kokoh untukmu.Tapi,ternyata aku terjatuh disebuah kenyamanan,dan sebagian hariku tertinggal disitu,enggan pergi.
Aku tidak selingkung,janganlah kau katakana begitu.Kau takan terganti oleh siapapun,karena kau tetaplah kau.Dan kenyamanan itu juga akan tetap disini disebelahmu.Aku berbagi rindu denganya,juga dalam diam dan maaf ketika sekali waktu aku menikam diriku agar tak bertambah banyak karena kau tahu aku harus menahan diri.
Dan tentang desember dan rindu,tak pernah berhenti atau berubah meski kau akan lihat bahwa esok adalah januari.

Sajak


*Menjagamu
Akan kurawat kau dalam diam
Agar tumbuh besar penuh pemahaman
Akan kurawat kau dalam hening
Agar tumbuh tinggi penuh kesabaran
Akan kurawat kau dalam senyap
Agar tumbuh kokoh penuh keihklasan
Sungguh akan kurawat kau
Agar tidak ada yang menyakitinya
Pun kalau memang harus disakiti
Kau dan aku tahu apa yang terbaik dilakukan
Pun kalau memang harus gugur daunnya
Kau dan aku tahu besok lusa akan kembali rindang
Akan kurawat kau dengan baik
Duhai ‘perasaanku’
Agar kita bisa melewati semua kisah
Cerita sedih maupun gembira
Karena kau adalah milikku satu-satunya
Dan setiap orang memiliki “perasaannya” masing2.
Kan kujaga ‘perasaanku’ sebaik2nya.

Sabtu, 30 November 2013

Arti Dibalik Alasan Basi Buat Putus


Supri mengayuh sepeda tuanya melewati jalur Gaza. Dia sedang dalam perjalanan untuk menemui cintanya, Ningsih. Peluru, Granat, Tissue bekas, melesat beterbangan di mana-mana, tapi Supri tak mau menghentikan laju sepedanya. Supri tak takut terhadap ancaman maut, karena suasana hatinya sedang kalut.

Sambil mengayuh sepedanya, Supri masih mengingat-ingat kalimat terakhir yang diucapkan Ningsih lewat SMS beberapa jam yang lalu.

"Aku mau, mulai hari ini kita temenan aja ya. Aku merasa, kita itu beda."

Kalimat itu menusuk hati Supri, hingga susah baginya untuk bernafas lagi. Seketika, dia meraih sepedanya dan bertekat untuk segera menemui Ningsih di Indonesia. Supri masih berharap, bila nantinya mereka bertemu dan berbicara empat mata, Ningsih masih bisa mengubah keputusannya.

Delapan bulan berlalu, kira-kira pukul 8 malam, Supri pun sampai juga di rumah Ningsih dengan keadaan kaki bengkak segede tabung elpiji. Pintu rumah Ningsih tertutup rapat. Sepertinya tidak ada orang di sana. Supri hanya bisa termenung dan menunggu di depan gerbang rumah bermotif macan tutul itu. Hingga akhirnya muncul sebuah mobil mewah berwarna biru berhenti di situ. Seorang pria keluar dari mobil, menutup resleting celana, lalu berjalan ke sisi lain dari mobil itu untuk kemudian membukakan pintu. Disusul seorang wanita keluar dari sana sambil merapikan kancing bajunya. Supri merasa tak asing dengan wajah wanita itu.

"Ningsih?!" Ucap Supri lirih karena masih memendam keraguan di hatinya.

Wanita itu menolehkan kepala, dan memarkirkan pandangannya ke arah Supri. Beberapa saat wanita itu memandangi Supri dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Errr.. Supri?" Ya, ternyata wanita itu memang Ningsih, sang pujaan hati Supri.

"Iya! Aku Supri.. Aku datang untukmu.. Untuk memperjuangkan cintaku.." Supri bergegas mendekati Ningsih, memegang kedua pundak Ningsih, lalu mencoba menarik Ningsih ke pelukannya. Tapi Ningsih menundukan kepalanya, dan mencoba mendorong dada Supri sebagai isyarat bahwa dia tak mau memberikan pelukannya juga.

"Maaf Supri.. Cerita kita sudah berakhir.. Ini cowokku yang baru." Ningsih menunjuk ke arah pria yang tadi membukakan pintu mobil untuknya. Pria itu mengacungkan jari tengah ke arah Supri. Bukan, bukan untuk mengejek Supri. Pria itu ingin melambaikan tangannya, tapi semua jari tangannya sudah diamputasi karena penyakit diabetes parah, kecuali jari tengahnya.

Selasa, 12 November 2013

cemburu


Cemburu…
Pada tetes gerimis yg mengenai jemarimu
Yang dinginya terasa hingga nadi
Pada iramanya yg bernyanyi dengan langkahmu
Pada gerimis

Cemburu…
Pada ranting-ranting pohon yg menyalami kehadiranmu
Pada daunya yg meneduhkanmu
Pada pohon..

Cemburu..
Ini hanya diam dan enggan bicara..
Pada tempat sunyi dia menari dan menangis
Pada cemburu yang lirih dan rahasia
Selalu menjadi cemburu dan tak berkurang semilipun