Saya tidak tau pasti bagaimana Desember
ini bermula. Yang terkenang dalam benak saya adalah bagaimana kala itu selesai
jam kuliah saya duduk bersama teman saya dan dia. Dia yang terhalang oleh warna
rambut merah kucel dan gigi kuning teman saya itu. Dia adalah sebuah rupa yang
menunduk tanpa bicara. Saya asyik ngobrol, memaki, dan saling menginjak dengan
teman saya itu sementara dia yang menunduk menekuni gadgetnya selalu begitu.
Diam, mendengarkan saja, tersenyum tanpa makna, hanya begitu saja. Saya duga
dia sedang mendapat sms dari utusan dewi Medusa yang meminta tumbal di malam purnama.
Kemudian saya dan dia yang
menunduk menekuni gadgetnya tidak pernah bicara lebih banyak dari menyapa. Lalu
saya sibuk dengan “tugas” dan tugas saya.
Hingga tiba dimana “tugas” dan
tugas saya selesai. Saya packing dan lemarikan semuanya. Sampai waktu
mengantarkan saya pada dia yang menunduk menekuni gadgetnya lagi.
Kemudian tentang dia membuat saya
sering ikut menunduk menekuni gadget saya, menunggu dia, bersama dia. Tentang
apa yang kemudian tak pernah dimulai tapi berproses hingga tiba pada usia
pertama.
Apa yang terjadi selanjutnya. Apa
itu setelah di hadapan padang air berpasir saya menunjukan kotak rahasia ini ?.
karena tidak semua rahasia adalah tentang kebaikan yang disembunyikan. Dia yang
menunduk menekuni gadgetnya hanya berkata “tak apa- apa”. Dia yang menunduk
menekuni gadgetnya adalah yang pertama mengatakan percaya padaku, pada
kemampuanku dibalik rahasia kotak itu.
Terimakasih.
Pada Desember saya percaya
tentang rinai- rinai hujan yang menghanyutkan segenap apa yang bisa dibawanya.
Desember saya adalah untuk pertama
kalinya bermandi hujan berpayung bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar