Minggu, 12 Oktober 2014

WONDER WOMEN

Saya sering membantu ibu saya masak di dapur dan memperhatikan beliau melakukan aktivitas lainya selain memasak. Pada pagi hari, ketika saya tergesa karena harus berangkat gasik setelah saya membantu memasak biasanya ibu sambil menunggu masakan matang beliau juga memberi makan bebek, kemudian ikan di kolam dan tak jarang sambil mencuci sebagian cucian. Ketika masakan matang kegiatan lain selain memasakpun selesai, sisanya nanti bagian saya pas sore.

Ada lagi, perempuan itu, selain jadi ibu jadi istri jadi akuntan keluarga jadi sekolah buat anak- anaknya jadi teman juga bisa jadi pimpinan dikantor (misalnya). Dan… saat sibuk dikantorpun kadang masih sempat telpon kerumah menanyakan anaknya, suaminya, mungkin telpon bibik untuk belanja ini itu, masak ini itu. Waaah… banyak banget kerjaan ibu yaah dan masih sempat gitu mikirin hal remeh- remeh masakan untuk anak dan suaminya padahal lagi sibuk gitu dikantor.

Itu tadi realita tentang kemampuan multitasking perempuan.

Hah, multitasking ? Apaan tuh?

Nah, baru tau kan…okeh, saya akan jelaskan apa itu multitasking dengan bantuan mbah google tentunya.
Multitasking adalah istilah teknologi informasi yang mengacu kepada sebuah metode dimana banyak pekerjaan atau dikenal juga sebagai proses diolah dengan menggunakan sumberdaya CPU yang sama. Dalam kasus sebuah komputer dengan prosesor tunggal, hanya satu instruksi yang dapat bekerja dalam satu waktu, berarti bahwa CPU tersebut secara aktif mengolah instruksi untuk satu pekerjaan tersebut. Multitasking memecahkan masalah ini dengan memjadwalkan pekerjaan mana yang dapat berjalan dalam satu waktu, dan kapan pekerjaan yang lain menunggu untuk diolah dapat dikerjakan. -wikipedia-

Yap, istilah multitasking memang erat dengan dunia teknologi Informasi (IT). Namun, saya juga menemukan artikel lain yang berkaitan dengan ini;
Human multitasking is the performance by an individual of appearing to handle more than one task at the same time. The term is derived from computer multitasking. An example of multitasking is listening to a radio interview while typing an email. Some believe that multitasking can result in time wasted due to human context switching and apparently causing more errors due to insufficient attention. Other research illustrates our brains are capable dealing with certain ‘dual multiple tasks’ at the same time.

Kalau menurut bahasa saya sendiri, multitasking itu; “mengerjakan lebih dari satu kegiatan dalam waktu yang sama”

Kalo kamu pernah baca- baca artikel tentang multitasking ini, banyak yang mengidentikkan multitasking dengan perempuan seperti dalam kalimat diparagraf pertama saya itu. Bener nggak sih? Kalo saya sih setuju. Coba kamu baca hasil penelitian berikut, setuju atau nggak kalo multitasking itu identik dengan perempuan itu terserah yey…oke cin…

 Kemampuan mulitasking perempuan pernah diteliti oleh Brandy M.Criss dari Department of Psychology MWSU dengan judul “Gender Differences in Multitasking”.  Sebanyak 58 mahasiswa pada sebuah universitas di Midwest yang terdiri dari 25 laki- laki dan 33 perempuan dijadikan manusia percobaannya (bukan kelinci percobaan,loh..). Mahasiswa-mahasiswa uji coba tersebut diambil dari kelas bisnis, komunikasi dan psikologi.Peserta diberi selembar kertas bergaris dan ulasan buku yang sudah di-print.

Prosedur pengujiannya, peserta diminta untuk menuliskan ulasan buku tersebut dan selama mengerjakannya mereka disetelkan lagu. Selain menuliskan ulasan buku, peserta juga diminta mencatat berapa banyak kata “you” dalam lagu tersebut. Jumlah kata “you” yang mereka hitung harus dituliskan di pojok kanan atas kertas tempat mereka menulis ulasan buku. Lalu, ketika peserta mendengar bel berbunyi, mereka harus berpindah ke kursi yang lain. Bel ini dibunyikan rata-rata setiap menit. Peserta harus menghentikan pekerjaannya tepat saat lagu yang diputar selesai.

Selanjutnya, peserta dievaluasi dalam dua kriteria untuk mengetahui tingkat efisiensi kerjanya ketika multitasking, yaitu akurasi dan produktivitas. Produktivitas ditentukan dari banyaknya kata yang berhasil tercatat dari ulasan buku selama delapan menit. Sedangkan akurasi ditentukan dari jumlah kata “you” yang dicatat oleh peserta. Skor dianalisis menggunakan suatu cara ANOVA* untuk melihat apakah ada perbedaan statistik hasil yang dicapai antargender. Hasilnya, dalam hal produksi, perempuan mencapai skor yang lebih tinggi daripada laki- laki, namun perbedaanya tidak terlalu signifikan, hanya terpaut 2,0 poin. Sedangkan dalam hal akurasi, lagi-lagi perempuan lebih akurat daripada laki- laki dengan nilai F(1,56)=8,57, p<0,1. Itu kalau dalam bahasa statistika berarti fungsi distribusi kumulatif dari 1,56 adalah 8,57 untuk distribusi peluang lebih kecil dari 0,1.

Dari penelitian yang dia lakukan, Brandy menyimpulkan bahwa hipotesisnya mengenai perempuan mendapat skor yang lebih tinggi dalam hal mutitasking hanya terbukti benar pada area akurasi. Pada area produktivitas, tidak ada perbedaan yang signifikan. Kedua hal ini, menurutnya, sama-sama penting dalam multitasking. Pandangan baru Brandy ini mematahkan penilaian riset sebelumnya yang hanya menjadikan produktivitas sebagai komponen tunggal multitasking. Multitasking seharusnya adalah keseimbangan antara keduanya. Pekerjaan yang bisa kita handle boleh saja banyak tapi hasilnya harus tetap akurat.
 
Nah, kenapa perempuan identik dengan multitasking ?
Hal ini masih menjadi perdebatan dan pertanyaan. Brandy menjelaskan ‘ketrampilan’ satu ini dapat dihubungkan dengan debat psikologi sosial populer mengenai “nature vs nurture”. Sifat alamiah versus kebiasaan. Kemampuan multitasking ada karena bawaan sejak lahir atau karena pembiasaan? Faktor nature didukung oleh teori bahwa corpus collosum (kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan) perempuan lebih luas daripada milik pria. Hal ini yang memungkinkan perempuan melakukan multitasking lebih efisien. Di sisi lain, faktor nurture juga bisa jadi berpengaruh. Karena ‘tuntutan profesi’, perempuan yang sudah kodratnya dekat dengan pekerjaan rumah tangga, harus bisa multitasking. Brandy berpesan, penelitian lebih lanjut seharusnya dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini, apakah perbedaan  gender  dalam  multitasking merupakan isu biologi atau sosial.

Selanjutnya, berkaitan dengan penelitian ini maka wajar saja lebih banyak laki- laki yang lebih mudah sukses karena laki- laki cenderung fokus pada satu hal sementara perempuan fokusnya terbagi, bercabang kemana- mana dengan anugerah multitasking-nya ini.


Jadi, setelah membaca artikel saya ini, kalian perempuan meski berbalut fisik yang lemah gemulai tapi dianugerahi buanyaak hal yang luarbiasa di “dalam”-nya, salah satunya multitasking ini. Wonder women asli….

*ANOVA is a general technique that can be used to test the hypothesis that the means among two or more groups are equal, under the assumption that the sampled populations are normally distributed (baca di sini untuk penjelasan lebih lengkap)

sumber: http://egadioniputri.wordpress.com/2009/01/11/wanita-lebih-pintar-dalam-multitasking/
              http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/10/23/multitasking-saat-dua-pekerjaan-dilakukan-bersamaan-405943.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar