Jumat, 14 Februari 2014

Gelas Pecah (Dear Ayah)


Dear ayah,
Apa kabar ayah ? semoga baik, dalam keadaan bahagia disana. Semoga malaikat –malaikat disana adalah tipe malaikat yang enak diajak ngobrol tema-tema yang ayah suka. Akhirnya, aku memutuskan untuk menulis surat ini untuk ayah, dan entah bagaimana ayah bisa membacanya, aku yakin ayah bisa membacanya.

Yah,
Saat surat ini dibaca, jangan tanyakan bagaimana kabarku. Tentu kau tahu aku sangat merindukanmu. Tentu kau tahu aku tidak sembuh dari luka kehilangan kepergianmu setahun yang lalu dalam pelukku. Tapi, aku baik- baik saja, tumbuh menjadi gadismu yang sehat, aku juga di kelilingi orang- orang yang menyayangiku, aku diberi banyak kebahagian. Tenanglah ayah disana, tak perlu risau  siapa yang mengantar jemput dan memastikan aku baik- baik saja sampai dirumah kita. Tuhan telah begitu baik mengirimkan manusia- manusia berhati malaikat untukku. Tenanglah, kini aku sudah dewasa, sudah belajar menjaga diri, semoga bisa.

Ayah sayang,
Semoga setiap rindu yang kusebut dalam doa, sampai padamu dengan cantiknya. Selesai dari doa sering sekali aku berharap kau segera menemuiku dalam tidur, bicara padaku, atau sekedar menunjukan keadaan bahwa kebahagiaan yang belum sempat ku berikan kemarin, sudah kau dapati lebih banyak disitu. Maafkan putrimu ini, yang lebih sering menyusahkanmu, merepotkanmu, ketimbang melegakanmu. Semoga ayah berkenan.
Yah, aku ingin bercerita sesuatu yang kusimpan selama ini.
Kemarin, aku memiliki sebuah gelas yang bagus. Gelas yang setiap hari ku gunakan untuk minum, gelas yang jarang dimiliki. Tentu saja aku bahagia memiliki gelas itu, iya yah aku benar- benar bahagia. Tapi, tahukah ayah bahwa saat ayah hendak pulang, gelas itu pecah berkeping- keping. Kepinganya berhamburan. Pecahanya runcing dan tentu tak bisa ku gunakan untuk minum lagi. Aku sedih sekali kala itu, dan belum lagi aku mengerti gelas itu pecah ayah justru pulang. Lengkaplah sedihku, sungguh yah.

Ayahku yang hebat,
Gelas pecah itu tak bisa kurangkai, aku menyerah karena berkali tajamnya melukai tanganku. Tapi, aku percaya kekuatan Tuhan, aku hanya berharap. Semoga ayah mengamini dari situ.

Ayah,
Aku masih ingat sekali pesan terakhirmu dalam mimpiku kala itu, aku ingat betul. Iya, aku terus berusaha menjadi gadis yang kau mau. Namun ayah, aku masih perlu banyak belajar, belajar hidup tanpamu, belajar mengeja, belajar berlari, dan tentu saja belajar kuat. Hanya untuk menjadi anak gadismu yang kau inginkan.

Ayahku,
Sebelum aku pamit untuk tidur,aku ingin mencium pipi ayah. Mengucapkan bahwa aku sangat mencintai ayah. Dan aku menunggu untuk bertemu ayah disitu, dan sebelum aku sampai disamping ayah, aku ingin berguna dulu untuk orang banyak seperti pesan seseorang.Semoga ayah juga merindukanku disitu. Semoga ayah bangga padaku.Baiklah, aku sudah lelah setelah seharian berktivitas. Selamat malam ayah, selamat malam.

Yang merindukanmu,
Yang mencintaimu,
Putrimu
Naelil Faiqoh

1 komentar:

  1. Ayahku tak sama seperti ayahmu
    Namun, aku bisa merasakan sama sepertimu
    Aku ingin menjadi putri terbaik untuk ayahku

    BalasHapus